
Ada semacam ironi yang terus menghantui Arsenal dalam tiga musim terakhir. Mereka berlari sekencang mungkin dalam perburuan gelar, hanya untuk melihat trofi jatuh ke tangan tim lain. The Gunners, seperti nyata adanya, lebih sering menjadi penjaga trofi ketimbang pengangkatnya.
Di bawah kendali Mikel Arteta, Arsenal bangkit dari masa kelam menjadi penantang serius di Premier League. Namun, di saat langkah mereka mendekati garis finis, selalu saja ada batu besar yang menggagalkan segalanya. Rasanya, Emirates Stadium lebih akrab dengan asa yang patah ketimbang pesta juara.
Tiga musim berturut-turut, Arsenal membangun harapan setinggi langit. Dan tiga kali pula, mereka harus menunduk menerima kenyataan pahit. Realitas ini membentuk narasi getir: Arsenal, sang penjaga trofi yang tak pernah benar-benar bisa menggenggamnya.
Kilau yang Redup di Musim 2022/2023

Musim 2022/2023 menjadi tonggak kebangkitan Arsenal walau berakhir dengan dada sesak. Tak banyak yang menjagokan mereka saat musim dimulai, tetapi Arteta mampu merajut tim menjadi mesin kemenangan.
William Saliba, Oleksandr Zinchenko, dan Gabriel Jesus membawa energi baru yang langsung terasa. Arsenal melesat, memenangi 14 dari 16 laga awal dan mengumpulkan 50 poin saat musim baru separuh jalan.
Namun, badai cedera menghantam keras. Saliba absen, lini belakang rapuh, dan Arsenal akhirnya menyerah dalam duel head-to-head lawan Manchester City yang menentukan nasib gelar.
Luka yang Terulang di Musim 2023/2024

Arsenal melanjutkan momentum di musim 2023/2024 dengan performa lebih solid. Mereka bertarung hingga pekan terakhir, membuat para suporter berani bermimpi lebih tinggi.
Kemenangan atas Everton memberi sedikit harapan, tetapi Manchester City racikan Josep Guardiola terlalu kuat dengan kemenangan mereka atas West Ham. Untuk musim kedua beruntun, Arsenal menjadi nomor dua—lagi.
Arteta dan timnya tampil impresif, hanya sekali kalah dalam 18 laga terakhir. Namun, lagi-lagi, trofi itu tetap berada di luar jangkauan mereka.
Kali Ini, Liverpool yang Menghantam

Musim 2024/2025 membawa cerita baru, tetapi ujungnya tetap sama. Saat Manchester City goyah, Arsenal seharusnya bisa memanfaatkan situasi itu untuk meraih takhta.
Sayangnya, muncul Liverpool di bawah Arne Slot yang tampil luar biasa di tengah masa transisi. Tak butuh adaptasi panjang, Liverpool langsung menguasai Premier League dan mengunci gelar lebih cepat.
Kemenangan telak 5-1 atas Tottenham memastikan Liverpool mengoleksi 82 poin, meninggalkan Arsenal dengan jarak 15 poin. Empat laga tersisa, tetapi cerita Arsenal sudah selesai.
Realitas Pahit Sang Penantang
Tiga musim, tiga cerita nyaris serupa, dan hasilnya tetap sama: kegagalan. Arsenal tak hanya kalah, mereka seolah hanya menjaga trofi tetap hangat sebelum jatuh ke tangan yang lebih kuat.
Musim ini, meski diselingi euforia kelolosan ke semifinal Liga Champions, terasa sedikit lebih getir karena Arsenal masih belum aman di peringkat kedua. Newcastle dan Manchester City masih mengintai, siap menikam di tikungan terakhir.
Mikel Arteta boleh saja bicara soal progres dan mentalitas. Namun, tanpa trofi di tangan, semua itu hanya akan menjadi bagian dari dongeng tentang sang penjaga trofi.
Leave a Reply