
Kisah pilu Manchester United musim 2024/2025 masih berlanjut. Meski menguasai jalannya laga saat bertandang ke markas Nottingham Forest pada pekan ke-30 English Premier League (EPL), The Red Devils harus kalah tipis 0-1 melalui gol Antony Elanga pada menit ke-5. Dengan kekalahan ini, asa mereka untuk memperoleh tiket Eropa makin sulit, sedangkan The Forest makin memperkokoh posisi mereka di peringkat ketiga klasemen sementara.
Performa Alejandro Garnacho pada laga ini menjadi sorotan. Sang winger muda kembali gagal memberikan kontribusi nyata bagi timnya. Padahal, sebagai salah satu pemain yang sering mendapatkan menit bermain, fans menaruh ekspektasi tinggi terhadapnya di bawah asuhan Ruben Amorim.
1. Penampilan Garnacho melawan Nottingham Forest menjadi akumulasi performa buruknya musim ini
Alejandro Garnacho menunjukkan performa yang mengecewakan saat menghadapi Nottingham Forest. Dalam laga tersebut, ia mencatatkan enam tembakan, lebih banyak dari pemain Manchester United lainnya. Namun, tidak ada satu pun yang membahayakan gawang lawan.
Akurasi tembakan yang buruk dan keputusan dalam mengambil peluang membuatnya tak mampu memberikan ancaman berarti bagi Matz Sels, kiper Nottingham Forest. Bahkan jika dibandingkan dengan Harry Maguire, yang berposisi sebagai bek tengah dan hanya tampil selama delapan menit, perbedaannya sangat signifikan. Maguire mencatatkan 2 tembakan dengan total nilai xG (Expected Goals) sebesar 0,59, lebih tinggi dibanding Garnacho yang hanya memiliki 0,19.
Statistik Garnacho sepanjang musim ini juga tidak menunjukkan peningkatan. Di Premier League musim ini, ia hanya memiliki tingkat konversi tembakan sebesar 5,9 persen, yang menempatkannya di peringkat ke-71 dari 80 pemain yang memiliki jumlah tembakan signifikan. Selain itu, ia hanya mampu menciptakan 1,4 peluang per pertandingan, turun dari 1,6 pada musim sebelumnya.
Terlebih lagi, tingkat kesuksesannya dalam menggiring bola mengalami penurunan drastis dari 42,8 persen musim lalu menjadi hanya 30,8 persen. Angka ini menjadi yang terendah di antara 58 pemain yang mencoba lebih dari 50 dribel sepanjang musim ini. Statistik tersebut menunjukkan, Garnacho kesulitan dalam mengeksekusi peluang dan mempertahankan efektivitasnya sebagai pemain sayap.
Kegagalannya dalam memaksimalkan peran sebagai pemain sayap membuat banyak pihak mempertanyakan efektivitasnya dalam sistem Ruben Amorim. Ketidakmampuannya untuk mengambil keputusan yang tepat di area final third semakin memperburuk situasi, membuatnya tampak frustrasi dalam beberapa pertandingan terakhir.
2. Alejandro Garnacho tak kunjung mampu menyesuaikan diri dengan taktik Ruben Amorim
Sejak kedatangannya ke Manchester United, Ruben Amorim membawa filosofi permainan yang lebih terstruktur dengan skema 3-4-2-1. Dalam sistem ini, peran gelandang serang dan pemain sayap sangat krusial dalam membangun serangan dan menciptakan peluang. Namun, Garnacho tampaknya belum mampu menyesuaikan diri sepenuhnya dengan tuntutan taktik ini.
Sebagai pemain yang terbiasa beroperasi lebih melebar dan mengandalkan kecepatan serta kemampuan dribel, Garnacho justru mengalami kesulitan dalam sistem yang lebih mengutamakan kombinasi umpan pendek dan pergerakan tanpa bola. Pada pertandingan melawan Nottingham Forest, Amorim sempat menggesernya dari posisi kanan ke kiri, berharap ia lebih efektif dengan kaki dominannya. Namun, hasilnya tetap mengecewakan. Garnacho kerap kehilangan bola di situasi satu lawan satu, dan sering kali salah dalam memutuskan kapan harus mengoper atau menembak.
Statistik juga menguatkan argumen ini. Dilansir The Athletic, dari 68 tembakan yang ia lepaskan sepanjang musim ini, ia hanya mampu mencetak 4 gol yang menempatkannya di peringkat ke-61 dalam daftar pencetak gol EPL musim ini. Tak sampai di situ, kombinasi dengan Patrick Dorgu di sisi kiri juga tampak kurang harmonis, sering kali keduanya berada di posisi yang tidak menguntungkan untuk menciptakan peluang.
Ruben Amorim sendiri sempat memberikan komentar mengenai Garnacho yang kerap berspekulasi dan sering kali tidak mengambil keputusan terbaik di lapangan. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin perannya akan semakin tergeser oleh pemain lain yang lebih sesuai dengan skema permainan Amorim.
3. Isu kepindahan Garnacho kembali menyeruak usai performa buruknya di lapangan
Dengan performa yang terus disorot dan kesulitan dalam beradaptasi dengan sistem baru, pertanyaan besar muncul mengenai masa depan Alejandro Garnacho di Manchester United. Pada bursa transfer Januari 2025, Napoli sempat mengajukan tawaran sebesar 40 juta pound sterling (Rp875,8 miliar) untuk merekrutnya. Tapi, Manchester United menolak tawaran tersebut. Hal ini menunjukkan klub masih memiliki harapan terhadap perkembangan pemain asal Argentina ini.
Namun, jika performanya tidak segera membaik, bukan tidak mungkin manajemen akan mempertimbangkan untuk melepasnya guna memberikan ruang bagi pemain yang lebih cocok dengan sistem Ruben Amorim. Anthony Elanga, yang sebelumnya kurang bersinar di Old Trafford, kini berkembang pesat di Nottingham Forest setelah mendapatkan kesempatan bermain lebih banyak. Kisah serupa bisa saja terjadi pada Garnacho seandainya ia memilih untuk pindah ke klub lain.
Garnacho harus membuktikan jika ia mampu bermain secara konsisten dalam skema Ruben Amorim. Seandainya performanya tidak segera membaik, peluangnya untuk tetap menjadi bagian dari skuad utama semakin kecil. Dalam beberapa bulan ke depan, opsi transfer bisa menjadi keputusan yang tak terhindarkan bagi semua pihak.
Masih terlalu dini untuk menilai performa Alejandro Garnacho yang masih berusia 20 tahun. Namun, dengan inkonsistensinya sepanjang musim ini dan ketidaksesuaian dengan sistem Ruben Amorim, masa depannya di Manchester United kini mulai dipertanyakan.
Leave a Reply