
Red Bull kembali menjadi buah bibir para fans F1 karena rumor pergantian line-up pembalap di tengah musim. Dilansir dari Sky Sports dan ESPN, Tim asal Austria itu dikabarkan akan menggantikan Liam Lawson dengan Yuki Tsunoda mulai GP Jepang 2025. Keputusan ini dinilai cukup mengejutkan karena Lawson baru saja menjalani musim debutnya bersama tim utama Banteng Merah itu.
Iklan – Scroll untuk Melanjutkan
Liam Lawson memang sedang menghadapi tekanan besar setelah dua balapan awal yang mengecewakan. Pembalap asal Selandia Baru itu mengalami kecelakaan di GP Australia dan hanya bisa finis di posisi ke-15 pada GP Tiongkok kemarin. Red Bull yang terkenal ketat terhadap performa pembalapnya, dikabarkan tidak puas dengan hasil tersebut. Menariknya, ini bukan kali pertama Red Bull melakukan pergantian pembalap di tengah musim. Mereka telah melakukan hal yang serupa pada musim-musim sebelumnya.
1. Vitantonio Liuzzi dan Christian Klien bergantian jadi pembalap kedua Red Bull (2005)
Red Bull mencoba strategi unik pada tahun pertama mereka di Formula 1. Tim tersebut menggunakan sistem rotasi antara Vitantonio Liuzzi dan Christian Klien sebagai pembalap kedua. Namun, setelah beberapa balapan, mereka menyadari bahwa strategi ini tidak efektif.
Christian Klien akhirnya mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk membalap dibandingkan Liuzzi. Performa Klien lebih stabil, sehingga Red Bull memutuskan untuk menjadikannya sebagai pembalap utama. Liuzzi harus menunggu hingga 2006 untuk mendapatkan kesempatan penuh di Toro Rosso.
Pada musim tersebut, Liuzzi hanya mendapat empat balapan sebelum akhirnya turun ke Toro Rosso. Kisah ini menunjukkan bahwa Red Bull selalu mengutamakan performa di lintasan. Mereka tidak ragu mengambil langkah berani jika strategi awal mereka tidak berjalan. Liuzzi menjadi salah satu korban pertama dari kebijakan tegas Red Bull.
2. Christian Klien digantikan oleh Robert Doornbos pada tiga balapan terakhir F1 (2006)
Christian Klien kembali mengalami nasib buruk pada musim 2006. Setelah gagal menunjukkan performa yang lebih baik dari David Coulthard, ia kehilangan kursinya sebelum musim berakhir. Red Bull kemudian mempromosikan Robert Doornbos sebagai penggantinya.
Doornbos sebelumnya memiliki banyak pengalaman sebagai pembalap penguji. Red Bull memilihnya karena ia sudah mengenal karakteristik mobil dari beberapa sesi latihan yang pernah dilakukan. Meskipun hanya tampil dalam tiga balapan terakhir, Doornbos berhasil menunjukkan performa yang cukup baik.
Namun, Red Bull tetap mencari pembalap yang lebih kompetitif untuk musim 2007. Tim yang ikonik dengan Banteng Merah tersebut akhirnya merekrut Mark Webber sebagai tandem baru David Coulthard. Doornbos kembali ke peran sebagai pembalap penguji dan tidak mendapatkan kesempatan lagi di tim utama.
3. Max Verstappen langsung menang pada debutnya setelah gantikan Daniil Kvyat (2016)
Daniil Kvyat mengawali musim 2016 dengan cukup baik. Namun, ia mendapatkan kritik keras setelah insiden torpedo dengan eks pembalap Red Bull, Sebastian Vettel pada GP Rusia. Red Bull yang tidak puas dengan performanya langsung mengambil keputusan besar.
Banteng Merah kemudian memilih menurunkan Kvyat kembali ke Toro Rosso dan menggantikannya dengan Max Verstappen. Keputusan ini sempat mengejutkan fans F1 karena Max Verstappen saat itu masih sangat muda. Namun, Red Bull yakin dengan potensi yang dimiliki Max dan tidak ingin kehilangan kesempatan mengembangkan bakatnya.
Langkah ini terbukti menjadi keputusan yang tepat bagi Red Bull. Verstappen langsung meraih kemenangan di GP Spanyol, menjadikannya pemenang termuda dalam sejarah F1. Sejak saat itu, Pembalap asal Belanda itu terus berkembang menjadi salah satu pembalap terbaik dengan torehan empat gelar juara dunia per 2025.
4. Tempat Pierre Gasly di Red bull mulai GP Belgia dicuri oleh rookie, Alex Albon (2019)
Pierre Gasly mendapatkan kesempatan besar di Red Bull pada musim 2019. Pembalap Prancis itu naik kasta setelah menggantikan Daniel Ricciardo yang hijrah ke Renault. Sayangnya, Gasly kesulitan menandingi kecepatan Max Verstappen di lintasan. Selisih waktu yang cukup jauh antara keduanya membuat Red Bull mempertimbangkan penukaran.
Tim asal Austria tersebut akhirnya menggantikan Gasly dengan Alex Albon setelah 12 balapan. Albon yang masih berstatus rookie saat itu sebelumnya membalap untuk Toro Rosso, sekarang Racing Bulls. Alex Albon memulai debutnya di tim utama saat Grand Prix Belgia di sirkuit Sirkuit Spa-Francorchamps.
Namun, Albon juga mengalami kesulitan yang sama dengan Gasly, yaitu mobil Red Bull sulit dikendalikan. Baik Gasly maupun Albon tidak mampu menyamai kecepatan Max Verstappen. Red Bull akhirnya merekrut Sergio Perez untuk musim 2021. Menariknya, Gasly dan Albon masih eksis membalap di F1. Gasly berada di tim Alpine sedangkan Albon menjadi pembalap utama Williams.
Yuki Tsunoda mendapat kesempatan emas untuk membuktikan diri di tim utama Red Bull. Pembalap Jepang itu harus segera cepat beradaptasi dengan tim baru. Fans F1 tentu menanti apakah Tsunoda bisa mengikuti kesuksesan Verstappen atau justru bernasib seperti Gasly dan Albon sebagai pembalap yang masuk di tengah musim.
Leave a Reply